Kalimat Syahadat |
Di masa awal sejarah Islam, para sahabat Rasulullah shalallallahu ‘alaihi wa sallam begitu rela mengorbankan jiwa dan raganya demi dinul Haq ini. Mereka tidak takut kepada ancaman dan cercaan orang-orang kafir Quraisy.Karena di dalam dada mereka telah tertanam tekad untuk memperjuangan kalimat Allah di muka bumi ini, kalimat yang menyatakan bahwa tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah, yaitu kalimatSyahadah . Misalnya sahabat Nabi yang bernama Habib, berani menghadapi siksaan berupa dipotongnya tubuh dia satu persatu oleh Musailamah.
Selain itu, sahabat Nabi lainnya yang bernama Bilal bin Rabah, kuat bertahan menerima siksaan berupa ditindih oleh batu besar di tengah terik matahari yang menyengat. Dan sederetan sahabat lainnya. Mereka semua disiksa hanya karena mengatakan bahwa tiada Tuhan yang patut di sembah selainAllah. Mereka mempertahankan syahadatain.Mengapa mereka bersedia dan berani mempertahankan kalimat syahadah? Ini disebabkan karena kalimat syahadah mengandung makna yang sangat dalam bagi mereka. Dan mereka memahami arti syahadah yang sebenarnya.
Pada dasarnya, kalimat syahadah mengandung hal-hal sebagai berikut:
1. Ikrar
2. Sumpah
3. Janji
Mayoritas umat Islam pada saat ini hanya memahami syahadah terbatas pada ikrar saja. Mereka memahami syahadah sebatas hanya diucapkan ketika seseorang ingin masuk ke dalam agama Islam, atau hanya diucapkan ketika beribadah seperti sholat, adzan, dsb. Di luar itu, syahadah tidak ada kaitannya sama sekali dengan unsur kehidupan lainnya. Itu yang dipahami oleh kebanyakan manusia saat ini.
Untuk itu mari kita lebih jauh memahami kalimat syahadah, dengan memahami kandungan yang ada di dalamnya.
Kandungan Kalimat Syahadah:
1. Ikrar (Al Iqraar) -
الاٍِْقْرَارُ
Ikrar (iqrar) yaitu suatu pernyataan seorang muslim mengenai apa yang
diyakininya. Artinya, Syahadah merupakan sebuah ikrar tentang Laa ilaaha
illallah. Pernyataan kalimat ini adalah pernyataan yang sangat kuat,
karena didukung sendiri oleh Allah subhanallahu wa ta’ala, malaikat, dan
orang-orang yang berilmu (yaitu para Nabi dan orang-orang yang
beriman). Sebagaimana dalam firman Allah subhanallahu wa ta’ala berikut
ini:
"Allah menyatakan bahwasanya
tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Menegakkan Keadilan. Para Malaikat
dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tidak
ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS.
Ali - Imran: 18).
Ketika kita
mengucapkan kalimat syahadah, maka kita memiliki kewajiban untuk
menegakkan dan memperjuangkan apa yang kita ikrarkan itu. Sebenarnya,
setiap manusia sudah mengikrarkan diri bahwa Allah adalah sebagai
Rabbnya ketika masih dalam alam kandungan. Bahkan Allah sendiri yang
meminta kesaksian tersebut dari jiwa-jiwa manusia yang akan dilahirkan
ke dunia. Ini dilakukan agar di hari kiamat nanti tidak ada manusia yang
mengatakan bahwa dirinya belum pernah tahu akan halnya keesaan Allah .
Ini yang dinamakan dengan ikrar tentang Rububiyatullah (Allah sebagai
Rabb) . Namun kebanyakan manusia lupa akan hal ini.
Untuk
itu Allah mengingatkan kita dalam ayat sebagai berikut:
"Dan
(ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): Bukankah Aku ini Tuhan (Rabb)mu? Mereka menjawab: Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian
itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya kami (bani
Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap hal ini (keesaan Tuhan).”
(QS. Al A’raf: 172)
Selain
pernyataan Laa ilaha illallah , pada kalimat Syahadatain juga terdapat
sebuah pernyataan, berkaitan dengan pengakuan kita terhadap Nabi
Muhammad shalallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan
utusan Allah(Muhammadur rasulullah) . Nabi-nabi sebelum Nabi
Muhammad pun mengikrarkan diri mengakui kerasulan Muhammad shalallallahu
‘alaihi wa sallam meskipun mereka hidup sebelum kedatangan Muhammad
shalallallahu ‘alaihi wa sallam .
Hal ini terdapat dalam firman Allah
subhanallahu wa ta’ala sebagai berikut:
"Dan
(ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para Nabi: Sesungguhnya, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan
hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang
ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan
menolongnya. Allah berfirman: Apakah kamu mengakui dan menerima
perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?
Mereka menjawab: Kami
mengakui. Allah berfirman: Kalau begitu, saksikanlah (hai para nabi)
dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu." (QS. Ali - Imran: 81).
2. Sumpah (Al-Qasam) -
الْقَسَمُ Selain bermakna ikrar, syahadah juga bermakna sumpah. Seseorang yang bersumpah, berarti dia bersedia menerima akibat dan resiko apapun dalam mengamalkan sumpahnya tersebut. Artinya, Seorang muslim itu berarti siap dan bertanggung jawab dalam tegaknya Islam dan penegakan ajaran Islam. Pelanggaran terhadap sumpah ini adalah kemunafikan, dan tempat orang munafik adalah neraka jahanam.
Orang munafik memiliki ciri khas, ada di antara mereka yang menyatakanSyahadah dengan berlebihan, padahal mereka tidak lebih dari pendusta.
Allah subhanallahu wa ta’ala berfirman:
"Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah.Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Munafiqun: 1-2)
Demikianlah orang-orang munafik. Seakan-akan beriman, tapi dibalik itu mereka sebenarnya berpaling. Karena saking berbahayanya, Allah banyak menjelaskan mengenai golongan munafik ini, salah satunya dijelaskan panjang lebar pada Al Qur'an surat An Nisaa ayat 138-145 .
Untuk mengetahui orang-orang yang melanggar sumpahnya (melanggar syahadah), bisa dilihat dari ciri-cirinya. Beberapa ciri mereka antara lain memberikan wala (kesetiaan) kepada orang-orang kafir, memperolok-olok ayat-ayat Allah subhanallahu wa ta’ala, mencari kesempatan dalam kesempitan kaum muslimin, menunggu-nunggu kesalahan kaum muslimin, malas dalam shalat, dan tidak punya pendirian.
Setiap mukmin yang sumpahnya dipegang teguh, tidak akan memiliki sifat-sifat tersebut.
3. Janji (Al Miitsaaq) -
الْمِيْثَاقً
Syahadah juga bermakna janji (miitsaaq). Artinya, setiap muslim adalah
orang-orang yang berjanji setia untuk mendengar dan taat dalam segala
keadaan terhadap semua perintah Allah subhanallahu wa ta’ala, yang
terkandung dalam kitabullah (Al Qur'an) maupun Sunnah Rasul.
"Dan
ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah
diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan: “Kami dengar dan kami
ta’ati”. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Mengetahui isi
hati(mu)." (QS. Al Maidah : 5)
Ketika
seseorang mengucapkan dua kalimat Syahadat , artinya dia telah
berjanji. Dan janji ini harus diterima dengan sikap sam'minaa wa a'thana
(kami dengar dan kami taat) . Janji ini harus didasari dengan iman yang
sebenarnya, yaitu iman terhadap Allah subhanallahu wa ta’alla,
malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhir, dan
Qadar baik maupun buruk .
Allah subhanallahu wa ta’ala berfirman:
"Rasul
telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka
mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan
yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar
dan kami ta’at.” (Mereka berdo’a): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan
kepada Engkaulah tempat kembali." (QS. Al Baqarah: 285).
Janji
harus ditepati, tidak boleh dilanggar. Pelanggaran terhadap janji ini
akan berakibat laknat Allah subhanallahu wa ta’ala. Dan Allah
subhanallahu wa ta’ala memberikan kita pelajaran dari kisah orang-orang
Yahudi, di mana mereka merupakan kaum yang selalu melanggar perjanjian,
sehingga mereka dilaknat oleh Allah subhanallahu wa ta’ala. Mereka
adalah kebalikan dari kaum muslimin. Ketika kaum muslimin
mengucapkan "kami dengar dan kami taati" , kaum Yahudi justru mengatakan
dengan lancang: "kami dengar tetapi tidak mentaati."
Hal
ini Allah ingatkan dalam firman Allah subhanallahu wa ta’ala :
"Dan
(ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat bukit
(Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): “Peganglah teguh-teguh
apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!” Mereka menjawab: “Kami
mendengar tetapi tidak mentaati”. Dan telah diresapkan ke dalam hati
mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya.
Katakanlah: “Amat jahat perbuatan yang telah diperintahkan imanmu
kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat)." (QS. Al Baqarah: 93).
Kaum
Yahudi adalah kaum yang jahat. Perbuatan jahat yang mereka kerjakan
antara lain ialah menyembah anak sapi (menyekutukan Allah), membunuh
nabi-nabi dan melanggar janji.
Demikianlah kandungan dari kalimat Syahadah , yaitu ikrar, sumpah, dan janji . Setiap orang yang sudah memahami dan mengamalkan Syahadah dengan benar, maka berarti dia telah mengamalkan Islam dan beriman. Karena iman merupakan dasar, dan merupakan hasil dari pemahaman Syahadah yang betul.
Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang beriman. Amin.
Sumber : http://www.hudzaifah.org/
0 komentar:
Post a Comment